Jakarta – Kegiatan nonton film Mother of the Sea sukses diselenggarakan dengan antusias bersama perempuan nelayan dari Demak, Jawa Tengah dan ANATMAN Films. Lembaga Bantuan Hukum ikut serta memberikan semangat kepada perempuan nelayan di kegiatan PARARA Women’s Day dalam pemeringatan hari Perempuan international yang diselenggarakan di Parara Indonesia Ethical Store, Kemang Timur – Jakarta Selatan. Kamis, (07/03/2024).
Perempuan meliputi 48% pekerja di sektor perikanan. Namun, peranan penting mereka sering diabaikan dalam proses manajemen ataupun kebijakan. Kurangnya rekognisi terhadap peran perempuan nelayan bisa mengakibatkan dampak yang buruk terhadap sektor perikanan maupun ekonomi. Sangatlah penting untuk merekognisi kontribusi ekonomi dan pengetahuan perempuan nelayan, karena kontribusi mereka memerankan peranan penting dalam mengentaskan kemiskinan.
Setelah pandemi, guncangan iklim yang berulang seperti musim kering panjang di Indonesia pada tahun 2023 lalu menyebabkan semakin besarnya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan di sektor-sektor tertentu. Guncangan ekonomi rentan berdampak pada usaha-usaha kecil yang dijalankan oleh perempuan yang sebagian besar masih berusaha pulih dari efek selama pandemi.
(Foto Perempuan Nelayan)
PARARA (Panen Raya Nusantara) merupakan konsorsium 32 organisasi yang bergerak dalam mempromosikan produk lokal dan keberlanjutan mata pencaharian masyarakat Indonesia. PARARA hadir dalam mendukung perdagangan yang adil dan berkelanjutan melalui Festival dua tahunan dan inisiasi dalam perekonomian melalui PT. PARARA Bumi Nusantara dan satu unit business-nya PARARA Indonesian Ethical Store. PARARA percaya bahwa pemberdayaan perempuan merupakan kunci dalam kesetaraan dan keberlajutan ekosistem yang adil dan tangguh.
Sementara itu, Crissy Guerrero perwakilan dari Konsorsium PARARA yg penyelenggara acara, menjelaskan dengan adanya Film perempuan nelayan ini supaya bisa mendapatkan pengakuan serta kesetaraan dan keadilan bagi perempuan nelayan serta mendapatkan manfaat yang optimal. “Film ini diangkat perihal isu nelayan, dan yang diangkat bukan hanya isu tapi perjuangan yang bertahun-tahun sampai dengan perempuan nelayan Demak dapat pengakuan, walaupun mereka mendapatkan pengakuan masih ada yang tidak dipenuhi dan tidak berkeadilan bagi mereka walaupun sudah mendapatkan kartu akan tetapi belum dapat benefitnya yang sama dengan benefit laki-laki pada umumnya”. Ungkapnya
Ia juga menambahkan, harus diperjuangkan bukan hanya dilevel regulasi atau peraturan melainkan dilaksanakan dengan nyata,
“Ada banyak perempuan nelayan di Sungai-sungai Kalimantan dan dilaut di Maluku dan didaerah yang lain yang belum dapat pengakuan dari pemerintah yang sampai hari ini “. Tuturnya
Tahun 2023, PARARA menyelenggarakan kegiatan International Women’s Day yang pertama. Perempuan memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan keberlanjutan dan inklusif setelah pandemi, namun mereka juga menghadapi berbagai macam hambatan dan tantangan. Pada PARARA Women’s Day tahun 2023 mendiskusikan tentang pengakuan perempuan dalam profesi tertentu, kedaulatan pangan dan kepemimpinan.Tahun ini, PARARA dan mitra-mitra bergerak untuk mengangkat isu-isu lainnya seperti investasi, infrastruktur dan pembangunan, pengembangan mono-kultur, dan dampak perubahan iklim terhadap sistem pangan dan peran perempuan.
Namun di tengah tantangan-tantangan ini, perempuan juga tertarik untuk berbagi pengalaman mengenai transfer pengetahuan antar generasi, inisiatif penghidupan ekologis, advokasi perempuan di lahan dan pesisir laut, dan memperluas peran perempuan dalam gastronomi Indonesia.
Harapannya kedepan supaya ada lebih banyak ruang diskusi untuk mengangkat isu terhadap peduli perempuan nelayan dan perempuan yang lain yang menghadapi ketidak adilan supaya ada perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat, bahkan diacara ini dihadiri oleh LBH APIK Semarang untuk memperjuangkan hak perempuan nelayan.