Jakarta – Seminar “Indonesia Climate Policy Outlook 2024” atau “Pandangan Iklim 2024″ yang dapat digunakan oleh Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah dan seluruh pihak sebagai salah satu panduan untuk perencanaan dan kegiatan pembangunan pada sektor yang terkait atau terdampak oleh fenomena iklim yang terjadi di Indonesia dan kegiatan ini sukses diselenggarakan bersama mahasiswa dan elemen masyarakat di Sekretariat FPCI Mayapada Tower – Jakarta Selatan. Jumat, (15/03/2024).
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memprediksi musim kemarau tahun 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia mundur dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Adapun puncak Musim Kemarau 2024 diprediksikan terjadi di bulan Juli dan Agustus 2024.
Ia menambahkan jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), maka secara umum Musim Kemarau 2024 diprediksi bersifat NORMAL dan ATAS NORMAL, masing-masing sebanyak 359 ZOM (51,36%) dan 279 ZOM (39,91%). Namun, terdapat 61 ZOM (8,73%) yang diprediksikan akan bersifat BAWAH NORMAL.
Sejak rilis BMKG terakhir pada 07 Maret 2024 lalu mengenai potensi hujan sedang-lebat yang dapat terjadi antara tanggal 08 – 14 Maret 2024 di beberapa wilayah Indonesia sebagai akibat signifikansi dinamika atmosfer yang meningkatkan potensi cuaca ekstrem, BMKG telah mencatat adanya hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia sejak tanggal 08 hingga 14 Maret 2024. Hujan dengan kategori sangat lebat terjadi di wilayah Papua Barat (Nabire) 101.4 mm/hari dan Sulawesi Selatan (Maros) 102.9 mm/hari. Sementara itu, hujan dengan kategori ekstrem terjadi di Nusa Tenggara Timur (Kupang) 156.8 mm/hari dan Jawa Tengah (Semarang) 238 mm/hari.
Mencermati perkembangan dinamika atmosfer di wilayah Indonesia, BMKG secara berkesinambungan terus memantau kondisi cuaca dan potensi dampaknya. Berdasarkan analisis cuaca terkini serta dengan mengamati perkembangan kondisi cuaca dalam sepekan ke depan, BMKG mengidentifikasi masih adanya potensi peningkatan curah hujan secara signifikan di beberapa wilayah Indonesia.
Sementara itu, Indra Gustari narasumber dalam acara diskusi Indonesia Climate Policy Outlook 2024 menyampaikan, ” Berdasarkan data atau hasil pengukuran suhu rata-arat Februari 2024 kita mencatat rekor
rata-rata tertinggi bulanan Februari sejak tahun 1981 dan kita membandingkan dengan bulan yang sama, hal ini merupakah salah satu indikator perubahan iklim, dan hal tentunya memberikan dampak kepada kehidupan kita baik pada manusia maupun kondisi lingkungan kita”. Ungkapnya
“Dengan kenaikan suhu iklim ini juga mengakibatkan kenaikan suhu iklim laut, sektor kesehatan dan distribusi pangan, bahwa kejadian iklim ekstrim ini semakin meningkat urgensinya”. Tuturnya
Dibulan Maret tahun ini beberapa wilayah Indonesia seperti sebagian Sumatera , Jawa, Bali-Nusra, Sulawesi Selatan, sebagian kecil Papua Barat dan Papua bagian utara diprediksikan dapat mengalami hujan tahunan diatas normal.
Harapannya, agar semua komponen bangsa mendorong untuk lebih waspada dalam perubahan iklim baik itu, didarat, laut dan di udara, semoga pemerintah dan masyarakat agar terus menjaga dan melindungi sumber daya alam kita kedepan dan semoga pemerintah selanjutnya dapat mengantisipasi permasalahan terkait iklim di Indonesia.