Jakarta —TNI-Polri kembali menyelenggarakan kegiatan konsolidasi untuk membangun keberlanjutan sinergisitas antara kedua institusi pertahanan dan keamanan tersebut. Dalam Rapat Pimpinan TNI-Polri di Mabes TNI yang bertajuk ““sinergisitas TNI-Polri siap mewujudkan pertahanan dan keamanan yang tangguh untuk Indonesia Maju”, menegaskan bahwa fondasi pertahanan dan keamanan dibangun atas landasan soliditas dan sinergisitas kedua institusi tersebut.
Analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh TNI-Polri tersebut. “Kita ini sedang masa transisi kepemimpinan sampai pelantikan presiden hasil Pemilu 2024 dilaksanakan. Karenanya, jaminan pertahanan dan keamanan sangat penting,” kata pria yang akrab dipanggil Simon ini.
Soliditas dan sinergisitas TNI-Polri adalah isu yang selalu bergulir dari periode ke periode. “Soliditas dan sinergisitas TNI-Polri ini kulminasi kesadaran kedua institusi atas berbagai kejadian yang mengancam pertahanan dan keamanan nasional. Utamanya pasca reformasi 1998. Semua ancaman dapat ditangani dengan baik berkat kerjasama lembaga pertahanan dan keamanan ini,” kata Rektor Institut Sains dan Teknologi al-Kamal, Jakarta ini.
Dalam pandangan Simon, setidaknya ada sejumlah situasi yang perlu direspon dalam kegiatan Rapat Pimpinan ini. “Dinamika elit politik saat ini, terutama pasca Pemilu 2024, jangan sampai meluas di tingkat basis yang berpotensi terjadinya gesekan di arus bawah. Langkah antisipasi dilakukan secara menyeluruh dan menjangkau seluruh wilayah Indonesia perlu dilakukan,” kata Simon.
Hal lain adalah perlunya langkah antisipasi diplomasi pertahanan dalam merespon lingkungan strategis terkini. “Kita tahu bahwa peta Asia Tenggara saat ini dipetakan berdasarkan keberpihakan terhadap negara-negara Adi Daya, apakah itu Pro Barat dalam hal ini Amerika Serikat atau Pro Blok Timur, dalam hal ini China. Kapasitas untuk memposisikan diri dalam situasi tersebut sangat penting sehingga menentukan langkah diplomasi apa yang akan kita ambil?” kata Simon.
Sementara itu tantangan terkait perkembangan dunia digital juga tidak kalah penting. Intensitas serangan siber ke Indonesia kini semakin intensif seiring dengan posisi Indonesia yang semakin menguat dalam peta geopolitik. “Tantangan ini harus ditanggapi secara lebih serius dalam kebijakan yang lebih strategis namun juga operasional di lapangan, sehingga kita tidak lagi kecolongan. Karenanya, sinergisitas juga diperluas dengan lembaga-lembaga lain yang berwenang dan berkompeten dalam urusan siber,” kata Simon.
Secara khusus, Simon menyampaikan ucapan selamat kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang menerima tanda kehormatan dan langsung dengan Keputusan Presiden berupa kenaikan pangkat istimewa menjadi Jenderal TNI. “Tanda kehormatan ini selain sebagai bentuk apresiasi negara kepada yang bersangkutan, juga bermakna untuk melanjutkan sikap pengabdian kepada bangsa dan negara,” tutup Simon.